THE RELATIVE INCOME HYPOTHESIS

AN
3 min readSep 18, 2021

Hipotesis ini merupakan salah satu pemikiran yang mengubungkan antara kesehatan dengan pendapatan. Hipotesis ini mengemukakan bahwa ketika ketimpangan pendapatan meningkat, maka akan tercipta kesenjangan yang lebih besar antara pendapatan individu dan pendapatan orang lain yang mereka bandingkan. Individu dengan pendapatan yang hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan dasar seperti makanan dan tempat tinggal akan merasa kekurangan bila dibandingkan dengan individu dengan tingkat pendapatan yang tinggi. Hal ini dapat menimbulkan dua dampak psikologis, yaitu persaingan posisi dan pelanggaran terhadap norma keadilan yang dapat mempengaruhi kesehatan melalui stres dan frustrasi.

Persaingan pertama adalah persaingan posisi. Hal ini dapat dilihat dari kebiasaan orang kaya yang seringkali menunjukkan status sosial dan kekuasaan mereka melalui barang dan jasa mewah. Persaingan ini tak hanya terjadi di kalangan atas saja, namun bahkan antara kelas menengah dan miskin. Ketika mereka yang memiliki kemampuan ekonomi terbatas mengikuti persaingan ini, maka mereka dapat mengalami masalah finansial. Banyak barang yang berawal dari kemewahan bisa berakhir menjadi “kebutuhan”. Misalnya, persaingan memiliki ponsel dengan merek tertentu. Sebuah keluarga di pinggiran kota Amerika yang tidak mampu membelinya mungkin tidak miskin pendapatan dalam arti mutlak; namun mereka akan dianggap kekurangan dalam arti relatif karena tak mampu membeli ponsel tersebut.

Dari uraian di atas, terlihat jelas bahwa hipotesis pendapatan relatif terkait erat dengan konsep deprivasi relatif. Seperti yang diungkapkan oleh W. G. Runciman: “Kita dapat secara kasar mengatakan bahwa seseorang relatif kehilangan X (dalam hal ini, X adalah pendapatan) ketika (i) dia tidak memiliki X, (ii) dia melihat beberapa orang lain memiliki X, (iii) dia menginginkan X, dan (iv) dia melihatnya layak bahwa dia harus memiliki X”.

Sebuah penelitian meminta responden untuk mempertimbangkan pilihan antara dua skenario hipotetis, dengan asumsi paritas daya beli yang sama di kedua dunia:

  1. Hidup di dunia di mana penghasilan Anda saat ini adalah $50.000 dan semua orang yang Anda kenal menghasilkan $25.000; atau
  2. Hidup di dunia di mana penghasilan Anda saat ini adalah $100.000 tetapi semua orang yang Anda kenal menghasilkan $250.000

Survei telah menemukan bahwa sekitar setengah dari responden memilih (A); yaitu, mereka lebih suka mengambil standar hidup absolut yang lebih rendah selama mereka berada di atas orang lain. Dengan kata lain, sekitar setengah dari umat manusia sensitif terhadap perbandingan sosial, sedemikian rupa sehingga mereka lebih suka menukar pendapatan relatif yang lebih tinggi dengan penghasilan absolut yang lebih rendah. Setengah sisanya — termasuk sebagian besar ekonom terlatih — memilih opsi (B), mungkin karena mereka tidak peduli dengan perbandingan sosial dan persaingan posisi.

Apakah ini berarti bahwa separuh dari umat manusia (mereka yang memilih opsi A) tidak rasional — atau bahwa Homo economicus adalah representasi yang tidak memadai dari motivasi manusia? Solnick dan Hemenway berpendapat, mungkin sangat “rasional” untuk memperhatikan perbandingan sosial dan persaingan posisi. Jika semua orang di komunitas mampu membeli ponsel cerdas tetapi salah seorang tidak bisa, ini bisa berpengaruh pada kemampuan orang tersebut untuk tetap terhubung dengan teman-temannya, dan sebagainya. Mengabaikan kekhawatiran ini sebagai “iri hati” tidak tepat sasaran; karena sering ada konsekuensi nyata dari deprivasi relatif yang melampaui perasaan cemburu dan rasa malu.

Kesenjangan antara keinginan dan kenyataan kemudian akan memprediksi hasil kesehatan terkait stres seperti seperti tekanan darah dan gejala depresi. Pendekatan antropologi berusaha untuk mendefinisikan kekurangan relatif dalam ruang konsumsi material, sebagai kebalikan dari ukuran pendapatan relatif. Hubungan antara konsumsi dan pendapatan relatif awalnya dijelaskan oleh Duesenberry, yang menunjukkan bahwa konsumsi tidak hanya bergantung pada kebutuhan rumah tangga tingkat pendapatan absolut, tetapi pada pendapatan yang relatif terhadap orang lain. Secara khusus, Duesenberry berpendapat bahwa rumah tangga mengkonsumsi lebih banyak ketika berhubungan dengan rumah tangga berpenghasilan lebih tinggi. Misalnya, rumah di Amerika cenderung menjadi lebih besar dari waktu ke waktu bahkan ketika ukuran keluarga rata-rata telah menyusut.

--

--

AN
0 Followers

Just a public health student who interested in gender equity, environment, and human right issues.